Bacaan Popular

Ahad, 12 Mei 2013

Siapakah Mereka



Imam Abul Qusim Aljunaid r.a. bercerita :

Sekali peristiwa ketika aku pergi naik haji ke Baitullah Al-Haram, dan juga untuk menziarahi maqam Nabi alaihis-shalatuwasalam, sedang aku dalam perjalanan menuju kesana, tiba tiba terdengar oleh telinga ku suatu suara rintihan yang sayu serta sangat menyayat hati, yang pada anggapan ku tentulah suara itu datangnya dari hati seorang yang remuk redam.

Aku pun mencari cari dari mana datangnya sumber suara itu, dan ternyata bahwa rintihan itu keluar dari mulut seorang pemuda yang sangat kurus, lemah, namun wajahnya bercahaya terang seperti bulan. Aku mendekatinya, ia membuka matanya dan langsung mengucapkan ..Assalamualaikum, ya Abul Qasim!!..

Waalaikumussalam! Jawab ku penuh kehairanan....Nak, siapakah yang memberitahukan nama ku pada mu, sedangkan kita belum pernah mengenal satu sama lain ? Aku bertanya kepadanya..

Wahai Abul Qasim ! Saya telah mengenali bapak sejak dialam Roh. Dan Allah lah yang memberikan nama bapak kepada ku. Demi Allah,  wahai Abul Qasim, kalau aku sudah mati, maka mandikan dan bungkuslah aku dengan baju yang aku pakai ini, dan naiklah kebukit itu, lalu panggillah orang orang untuk menyalati ku, lalu tanamlah aku ditempat ini pula ! Hanya Allah lah yang akan membalas segala kebaikan tuan.

Berkata Abul Qasim Aljunaid lagi menyambung ceritanya :

Kemudian aku lihat anak muda tadi penuh berpeloh dahinya sehingga membasahi seluruh wajahnya, suaranya semakin menekan, barang kali,  kerana kesakitan. Dalam pada itu ia sempat berpesan lagi, katanya:

Wahai ABUL Qasim ! Setelah tuan selesai menunaikan haji tuan, dan sudah mau kembali kenegeri tuan, hendaklah tuan menuju dulu ke Baghdad, dan tanyakan lah orang orang disana tentang kampung Darb Za'faran. Setelah tiba dikampung itu, tanyakan pula tentang ibu ku dan putra ku serta sampaikanlah salam kepada mereka!.... Baiklah, jawab ku.

Anak muda itu kemudian merintih makin lama makin lemah, dan tak lama sesudah itu pulanglah ia ke Rahmatullah dengan tenangnya, sedang kan wajahnya tampak semakin bercahaya. Aku pun memandikannya, kemudian mengafankanya dengan bajunya. Sesudah itu saku naik keatas bukit dan berseru dengan suara kuat sekali:: "Wahai orang orang sekalian ! marilah kita bersama sama menyalati mayat asing ini!."

Tiba tiba datanglah beribu ribu orang dari segenap penjuru, seperti ulat ramainya, sedang wajah wajah mereka bagaikan terangnya cahaya bulan purnama. Kami pun menuruti bersama menyalati mayat itu, kemudian menguburkannya. Setelah selesai penguburan mayat itu, maka dengan serta merta pula, hilanglah ribuan orang orang tadi secara mendadak dan tampa ada bekasnya. Aku benar-benar kehairanan atas kejadian itu, juga atas kemuliaan mayat yang tidak aku kenal sebelumnya.

Setelah selesai ibadat haji, aku segera pergi ke Baghdad, dan terus menuju kekampung Darb Za'faran.  Setelah menemukanya tampak dilorong lorong kecil kampung itu ada anak anak sedang bermain main. Tiba tiba seorang dari antara mereka memandang tajam kepada ku, seraya mendekati ku dan berkata:

Assalamualaikum, ya Abul Qasim! Mungkin kedatangan tuan untuk memberitahu tentang kematian ayah ku, agaknya ?

Hati ku terkejut mendengar pertanyaan anak kecil itu. Ah, alangkah tepatnya apa yang dikatakan, padahal ia masih demikian kecil. Ia kemudian menuntun ku kesebuah rumah, lalu mengetuk pintunya. Seorang wanita tua membuka pintu, dan alangkah terangnya wajah wanita tua itu, dan alangkah salehah ia tampaknya. Aku mengucapkan salam kepadanya . Ia pun segera membalasnya, lalu menangis terisak isak . Kemudian ia bertanya: Wahai Abul Qasim ! Dimanakah tempat kematian anak ku, dan cahaya mata ku. Moga moga ia mati di Arafah !

Jawab ku , tidak!.....apakah di Mina?!......jawab ku , tidak ! ....di Muzdalifah?! ....jawab ku tidak.....Habis dimana?! Tanya ibu itu, Dipadang pasir, dibawah pohon ghailan???........ jawab : Ya,,

Mendengar berita itu ia menjerit keras sambil berkata:; oh anak ku! Oh anak ku! Suaranya bercampur tangisan yang sungguh menyayat hati semua orang yang disitu. Oh! Anak ku ! Oh anak ku! Mengapa tidak disampaikannya ke rumah Nya (Baitullah), atau dibiarkanNya saja ia dengan kami? Ibu itu terus sesak dadanya, dan ketika itulah ia menghembuskan nyawanya meninggalkan dunia yang fana ini, kembali ke Rahmatullah, moga moga Allah mencucuri rahmat ke atas rohnya.

Berkata Aljuniad seterusnya :

Melihat neneknya telah meninggal dunia, anak kecil itu pun mendekati manyatnya sambil menangis terisak isak. Kemudian menengadah kearah langit seraya berdoa;

Ya Allah, ya Tuhan ku Mengapa Engkau tidak ambil aku bersama sama nenek ku ! Ya Allah , lebih baik Engkau ambil aku untuk pergi bersama sama mereka berdua!... Dengan tiba tiba saja sesaklah dada anak kecil itu, dan ia pun menghembuskan nafasnya yang terakhir, moga moga Allah merahmati mereka sekalian.

Aku benar benar tercengang menyaksikan segala peristiwa yang baru berlaku tadi itu, dan aku beranggapan alangkah bahagianya keluarga itu. Aku merawati jenazah itu bersama dengan tetangga mayat itu dangan sempurna dan baik .

Setelah kami menguburkan jenazah jenazah itu, maka dangan hati yang penuh sedih dan hiba, aku meninggalkan kubur kubur mereka!!

Cerita ini ku ambil dari .....UNTAIAN KISAH PARA WALI ALLAH.....Judul asal dalam bahasa Arab.....MUKHTASHAR RAUDHUR-RAIYAHIN....karya ALLAMAH ALYAFI'.......disusun dan ditulis semula oleh Syed Ahmad Semait .....bukan harsat ku mencuri, Cuma sekadar berkongsi.

Salam Ukhuwah..~

Tiada ulasan:

Catat Ulasan