Bacaan Popular

Khamis, 24 November 2011

Menikmati Kritik Dan Celaan


Kejernihan dan kekotoran hati seseorang akan tampak jelas tatkala dirinya ditimpa kritik, celaan, atau penghinaan orang lain. Bagi orang yang lemah akal dan imannya, nescaya akan mudah goyah dan resah. Ia akan sibuk menganiaya diri sendiri dengan menghabiskan waktu untuk memikirkan kemungkinan melakukan pembalasan. Mungkin dengan cara-cara mengorek-ngorek pula aib lawannya tersebut atau mencari dalil untuk membela diri, yang ternyata akhir dari perbuatannya tersebut hanya akan membuat dirinya semakin tenggelam dalam kesengsaraan batin dan kegelisahan.

Persis seperti orang yang sedang duduk di sebuah kerusi sementara itu di bawahnya ada seekor ular berbisa yang hendak mematuk kakinya. Tiba-tiba datang beberapa orang yang memberitahu bahaya yang bakal mengancam dirinya itu. Yang seorang menyampaikannya dengan cara halus, sedangkan yang lainnya dengan cara kasar. Namun, apa yang terjadi?

Setelah ia mendengar pemberitahuan itu, diambilnya sebuah pemukul, lalu dipukulkannya, bukan kepada ular namun kepada orang-orang yang memberitahu akan adanya bahaya tersebut.

Lain halnya dengan orang yang memiliki kejernihan hati dan ketinggian akhlak. Ketika datang badai kritikan, celaan, serta penghinaan seberat atau sedahsyat manapun, dia tetap tegar, tak goyah sedikit pun. Malah ia justeru dapat menikmati kerana yakin betul bahawa semua musibah yang menimpanya tersebut semata-mata terjadi dengan izin Allah Azza wa Jalla.

Allah Maha Mengetahui segala aib dan cela hambaNya dan Dia berkenan memberitahunya dengan cara apa saja dan melalui apa saja yang dikehendakiNya. Terkadang terbentuk nasihat yang halus, adakalanya melalui perbualan dan senda gurau seorang teman, bahkan tidak jarang berupa cacian teramat pedas dan menyakitkan. Ia pun dapat muncul melalui lisan seorang guru, ulama, orang tua, sahabat, adik, musuh, atau siapa sahaja. Terserah kepada Allah.

Jadi, kenapa kita harus menyusahkan diri membalas orang-orang yang menjadi jalan keuntungan bagi kita? Padahal seharusnya kita bersyukur dengan sebesar-besar kesyukuran kerana tanpa kita bayar atau kita member gaji mereka sudi meluangkan waktu memberitahu segala keburukkan dan aib yang mengancam amal-amal sholeh kita di akhirat kelak.

Kerananya, jangan hairan jika kita saksikan orang-orang mulia dan ulama yang sholeh ketika dihina dan dicaci, sama sekali tidak menunjukkan perasaan sakit hati dan keresahan. Sebaliknya, mereka malahan bersikap penuh dengan kemuliaan, memaafkan dan bahkan mengirimkan hadiah sebagai tanda terima kasih atas pemberitahuan ehwal aib yang justeru tidak sempat terlihat oleh dirinya sendiri, tetapi dengan penuh kesungguhan telah disampaikan oleh orang-orang yang tidak menyukainya.

Sahabat, bagi kita yang berlumuran dosa ini, haruslah senantiasa berwaspada terhadap pemberitahuan dari Allah yang setiap saat boleh hadir dengan berbagai bentuk.

Ketahuilah, ada tiga bentuk sikap orang yang menyampaikan kritikan. Pertama, kritiknya benar dan caranya pun benar. Kedua, kritiknya benar, tetapi caranya menyakitkan. Dan ketiga, kritiknya tidak benar dan caranya pun menyakitkan.

Bentuk kritik yang manapun datang kepada kita, semuanya menguntungkan. Sama sekali tidak menjatuhkan kemuliaan kita dihadapan sesiapapun, sekiranya sikap kita dalam menghadapinya penuh dengan kemuliaan sesuai dengan ketentuan Allah SWT. Kerana, sesungguhnya kemuliaan dan keredhaanNyalah yang menjadi penentu itu.

Allah SWT berfirman, "Dan janganlah engkau berduka cita kerana perkataan mereka. Sesungguhnya kekuatan itu bagi Allah semuanya. Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." QS. Yunus [10] : 65

Ingatlah, walaupun bergabung jin dan manusia menghina kita, kalau Allah menghendaki kemuliaan kepada diri kita, maka tidak akan membuat diri kita menjadi jatuh ke lembah kehinaan. Apalah ertinya kekuatan sang makhluk dibandingkan Khaliknya? Manusia memang sering lupa bahawa Kudrat dan Iradat Allah itu berada di atas segalanya. Sehingga menjadi sombong dan takbur, seakan-akan dunia dan isinya ini berada dalam genggaman tangannya. Naudzubillaah!!!

Padahal, Allah Azza wa Jalla telah berfirman, "Katakanlah, Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan. Engkau berikan kerajaan kepada orang Kau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Kau kehendaki. Engkau muliakan yang Kau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Kau Kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu." QS. Ali 'Imran [3] : 26

kredit: rakangroup


Salam Ukhuwah..~

Tiada ulasan:

Catat Ulasan