Allah ta'ala telah meletakkan kejayaan dunia dan akhirat dalam agama. Lailaha ilallah..~
Bacaan Popular
-
Sebagai seorang Muslim kita semua tahu bahawa solat itu merupakan kewajipan yang Allah s.w.t. suruh seperti mana yang terdapat di dal...
-
Hari itu, saya balik selepas didenda berdiri di luar kelas selama sejam selepas waktu sekolah oleh Ustaz Ismail kerana terlupa menyiapk...
-
Ini adalah beberapa PETUA (Perubatan Orang Tua-tua Dulu-kala) untuk kita ingati dan amalkan dalam kehidupan kita. Memang dulu-dulu jarak kli...
-
Zaman sudah berubah..isteri sekarang semakin berani berlaku curang!” Kadar gejala seks bebas kian meningkat dalam masyarakat hari ini. Lebih...
-
DOA INI AFDALNYA DIBACA 11 KALI KETIKA SUJUD SEBAIK SELESAI SALAM SEMBAHYANG FARDHU. KEMUDIAN MOHON DOA KEPADA ALLAH. INSYA'ALLAH. TAWAK...
-
Minggu lepas Tok Wan ke Telok Intan, distinasi tepatnya ialah Kampung Sungai Jejawi Telok Intan, Perak. Tok pergi dengan sepupu yang...
Khamis, 18 Ogos 2011
Abu Nawas Melarang Rukuk dan Sujud Dalam Solat
Syahdan, Khalifah Harun Al-Rasyid marah besar pada sahibnya yang karib dan setia, yaitu Abu Nawas. Ia ingin menghukum mati Abu Nawas setelah menerima laporan bahwa Abu Nawas mengeluarkan fatwa tidak mau rukuk dan sujud dalam salat.
Lebih lagi, Harun Al-Rasyid mendengar Abu Nawas mengatakan bahwa dirinya khalifah yang suka fitnah! Menurut pembantu-pembantunya, Abu Nawas layak dipancung karena melanggar syariat Islam dan menyebar fitnah.
Khalifah mulai terpancing. Tapi untung ada seorang pembantunya yang memberi saran, hendaknya Khalifah melakukan tabayun (konfirmasi). Abu Nawas pun digeret menghadap Khalifah. Kini, ia menjadi pesakitan.
"Hai Abu Nawas, benar kamu berpendapat tidak rukuk dan sujud dalam salat?" tanya Khalifah ketus.
Abu Nawas menjawab dengan tenang, "Benar, Saudaraku."
Khalifah kembali bertanya dengan nada suara yang lebih tinggi, "Benar kamu berkata kepada masyarakat bahwa aku, Harun Al-Rasyid, adalah seorang khalifah yang suka fitnah?"
Abu Nawas menjawab, ”Benar, Saudaraku.”
Khalifah berteriak dengan suara menggelegar, "Kamu memang pantas dihukum mati, karena melanggar syariat Islam dan menebarkan fitnah tentang khalifah!"
Abu Nawas tersenyum seraya berkata, "Saudaraku, memang aku tidak menolak bahwa aku telah mengeluarkan dua pendapat tadi, tapi sepertinya kabar yang sampai padamu tidak lengkap. Kata-kataku dipelintir, dijagal, seolah-olah aku berkata salah."
Khalifah berkata dengan ketus, "Apa maksudmu? Jangan membela diri, kau telah mengaku dan mengatakan kabar itu benar adanya."
Abu Nawas beranjak dari duduknya dan menjelaskan dengan tenang, "Saudaraku, aku memang berkata rukuk dan sujud tidak perlu dalam shalat, tapi dalam salat apa? Waktu itu aku menjelaskan tata cara shalat jenazah yang memang tidak perlu rukuk dan sujud."
"Bagaimana soal aku yang suka fitnah?" tanya Khalifah.
Abu Nawas menjawab dengan senyum, "Kalau itu, aku sedang menjelaskan tafsir ayat 28 surat Al-Anfal, yang berbunyi ketahuilah bahwa kekayaan dan anak-anakmu hanyalah ujian bagimu. Sebagai seorang khalifah dan seorang ayah, anda sangat menyukai kekayaan dan anak-anak, berarti anda suka ’fitnah’ (ujian) itu."
Mendengar penjelasan Abu Nawas yang sekaligus kritikan, Khalifah Harun Al-Rasyid tertunduk malu, menyesal dan sadar. Rupanya, kedekatan Abu Nawas dengan Harun Al-Rasyid menyulut iri dan dengki di antara pembantu-pembantunya. Abu Nawas memanggil Khalifah dengan "ya akhi" (saudaraku). Hubungan di antara mereka bukan antara tuan dan hamba. Pembantu-pembantu khalifah yang hasad ingin memisahkan hubungan akrab tersebut dengan memutarbalikkan berita.
kredit: Junhairai bin Abd Jalil
Salam Ukhuwah..~
Langgan:
Catat Ulasan (Atom)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan