Bacaan Popular

Jumaat, 26 April 2013

Imam Syafi'e Dan Gurunya Imam Muhammad




Imam Muhammad tempat rujukan orang ramai meminta fatwa, dan fatwa Imam Muhammad diterima tanpa apa-apa soal. Pada suatu hari datang seorang lelaki meminta fatwa dari Imam Muhammad. Ketika itu aku berada disampingnya, demikian kata Imam Syafi'i. Setelah lelaki itu menceritakan masaalah yang dihadapinya dan meminta fatwa dari Imam Muhammad. Setelah mendengar masaalah lelaki itu, lalu Imam Muhammad memberikan fatwanya, dan meyakini fatwanya itu bersandarkan pendapat Imam Abu Hanifah.

Imam Syafi'i bercerita:

"Setelah mendengar fatwa beliau, aku merasa yakin fatwa itu tidak seberapa tepat berdasarkan pendapat Imam Abu Hanifah yang bukunya telah dapat kuhapal. Lalu aku mohon izin kepada Imam Muhamad, untuk memberikan pandangan Imam Abu Hanifah yang telah kuketahui. Imam Muhammad merasa terkejut mendengar pandangan yang kuberikan itu, lalu beliau merujuk kembali kepada kitab "al-Ausat" kepunyaan Imam Abu Hanifah. Ternyata apa yang kukatakan itu memang benar, seperti pandangan Imam Abu Hanifah, lalu Imam Muhammad membetulkan kembali fatwa beliau. Imam Muhammad sangat kagum atas hapalanku".

Setelah sekian lama Imam Syafi'i tinggal dan menuntut Ilmu kepada Imam Muhammad, maka Syafi'i merasa ingin melanjutkan perjalanan untuk menuntut Ilmu Pengetahuan. Hal ini diceritakan Imam Syafi'i kepada Imam Muhammad, dan Imam Muhammad terharu mendengarnya. Imam Muhammad berkata kepada Imam Syafi'i:


"Saya bersetuju atas hasratmu tetapi dengan satu syarat. Syaratnya tidak berat yaitu engkau bersetuju menerima separuh dari harta bendaku. Imam Syafi'i tidak menyangka begitu bermurah hati Imam Muhammad kepada beliau. Meskipun demikian Imam Syafi'i menjawab:

"Paman ! Sebenarnya kedatangan saya kemari adalah untuk menimba Ilmu Pengetahuan bukannya mengumpulkan harta kekayaan. Oleh itu izinkanlah saya kembali menemui ibu saya dan lupakanlah berkenaan pembahagian harta. "Imam Syafi'i menolak tawaran harta dari Imam Muhammad dengan ucapan terima kasih yang tak terhingga.

Imam Muhammad kecewa

Mendengar penolakanku. Lalu beliau berkata baiklah anakku, jika kiranya engkau menolak separuh harta paman, paman harapkan engkau tidak menolak sedikit hadiah paman sebagai bekal dalam perjalanan. Lalu Imam Muhammad menyuruh pembantu beliau mengambil beberapa pundi uang, seraya berkata:

"Ini sajalah yang dapat kuberikan kepadamu Syafi'i, sebagai hadiah, untuk bekal dalam perjalanan.

"Kali ini saya tak dapat menolak hadiah itu, dikuatirkan beliau akan berkecil hati. Inilah hadiah yang terbesar pernah kuterima selama hayatku, uang sejumlah tiga ribu dinar. Setelah itu akupun bersalaman dengan Imam Muhammad dan mohon do'a restu beliau. Akupun melanjutkan perjalananku menuju Iran. Aku berjalan dari satu kota kesatu kota. Setiap bertemu dengan Ulama yang terkenal Alim aku tidak melepaskan kesempatan untuk menambah Ilmu Pengetahuan dari mereka. Aku mengembara keseluruh pelosok Negeri Iran, beberapa tahun lamanya, dan kemudian kembali semula ke Iraq semasa pemerintahan Harun al-Rasyid yang masyhur itu.


kredit: Ustaz Syed Hasan Alatas


Salam Ukhuwah..~

Tiada ulasan:

Catat Ulasan