Rabu, 23 Oktober 2013

Kesah Hikmah Dari Masjid Nabawi



Solat Ashar berjamaah baru saja berlangsung di Masjid Nabawi. Biasanya, setelah itu Rasulullah saw dan para sahabat akan lama berzikir dan berdoa. Namun, di hari itu, begitu mengucapkan salam, Nabi s.a.w. langsung berdiri lalu, dengan tergesa-gesa, melangkahi pundak jamaah untuk menuju rumah Baginda yang menyatu dengan masjid.

Beberapa saat berlalu, Nabi s.a.w. kembali. Melihat keheranan jamaah di depannya, Rasulullah s.a.w. bersabda, 

''Aku teringat ada beberapa keping emas di tangan kami. Aku tak suka terus memikirkannya, sehingga kusuruh segera dibagikan saja kepada yang berhak.'' (HR Bukhari).

Kisah ini memberi dua hikmah. Pertama, Nabi s.a.w. selalu membagikan titipan  kepadanya, yakni zakat, sesegera mungkin. Baginda s.a.w. enggan menundanya meski semalam, atau membiarkan hak rakyat menumpuk di kas negara, sementara masih banyak fakir miskin di sekelilingnya. Kedua, setinggi apa pun pahala berzikir, itu tetaplah amalan sunnat. Kewajiban harus didahulukan dan mustahil diganti dengan amalan sunnat sebanyak apa pun. Sebagai misal, dalam solat subuh, bila seseorang terlambat bangun, dia harus tetap mengerjakannya saat terjaga. Solat dhuha tidak mampu menggantikannya.

Sayangnya, banyak manusia tidak meneladani secara kaffah 'total' perjalanan hidup Nabi s.a.w. Mereka memang giat berzikir, sesuatu yang sangat dianjurkan, bahkan tahan berjam-jam dalam majlis yang khusus dibuat untuk itu. Namun, mereka melalaikan begitu banyak kewajiban. Padahal, makin banyak umat Islam yang gagal memenuhi keperluan hidup. 
Yang lemah iman menjadi tergoda gerakan misionaris hingga berpindah agama. Sayangnya pula, dana badan amil zakat menumpuk hingga berbillion ringgit.

Pertanggungjawaban penyaluran minim, bahkan sangat mungkin diselewengkan justru oleh orang-orang yang sanggup berjam-jam berzikir dan berdoa sebaik selesai solat.

Ada kesan mereka tertimpa wahn 'cinta dunia dan takut mati', sehingga memilih aktivitas yang tidak dimusuhi kaum kafir. Padahal, hanya menambah kemakmuran rakyat lewat penyegeraan pembagian zakat, Nabi s.a.w. saja langsung meninggalkan zikir, doa, dan solat rawatib. Apalagi, untuk menyelamatkan nyawa dan aqidah ratusan juta umat Islam, tentu lebih besar dan mendesak lagi pelaksanaan kewajiban itu.

kredit: rakangroup


Salam Ukhuwah..~

Tiada ulasan:

Catat Ulasan